Cara KH Hasyim Asy’ari Mencintai Nabi

Cara KH Hasyim Asy’ari Mencintai Nabi


Oleh:
W Eka Wahyudi*

An-Nurul Mubin Fii Mahabbati Sayyidil Mursalin adalah kitab mungil karya KH Hasyim Asy’ari. Seorang pioner utama ormas islam terbesar di dunia, Nahdlatul Ulama. Sungguhpun sebentuk risalah kecil, namun bobot penjelasannya meraksasa. Sistematika pembahasannya hirarkis, khas seseorang yang paham betul dosis pesan yang perlu disampaikan lebih awal bagi yang ingin mencintai penghulu para Rasul dengan benar. 

Maka tak heran jika genre kitab ini bisa dikatakan semarak. Temanya dari masalah akidah sampai sejarah, latar keluarga, sanak saudara sampai petikan puji-puja pada manusia pilihan, juga turut menyemarakkan kitab yang selesai ditulis oleh hadratusy syaikh pada kisaran 91 tahun yang lalu, 1928.

Untuk mengokohkan keimanan kepada sayyidil mursalin, Kiai Hasyim mengawali kitab ini dengan lima tema pembahasan yang dinarasikan dengan judul faslun fii wujubi, yaitu kewajiban tentang: 1) beriman kepada Rasul, 2) taat kepada Rasul, 3) mengikuti Rasul, 4) berlaku ikhlas kepada Rasul, dan 5) mencintai Rasul.
Panca kewajiban di atas sangat menarik dan penting. Layaknya rumah, Kiai Hasyim seakan membuat pondasi tentang bagaimana seorang mukmin mencintai nabi. Yaitu dengan langkah awal mengimaninya melalui dinding ketaatan, memancangkan tiang ittiba’, kemudian dipuncaki dengan atap keikhlasan kepada sang manusia mulia. 

Setelah landasan normatif dijelaskan secara bernas, maka empat tema selanjutnya berkisah tentang hal ihwal cinta (mahabah) kepada kekasih Allah, yaitu: 6) kabar gembira bagi pecinta Nabi, 7) jejak kerinduan-kecintaan ulama salaf kepada Nabi, 8) tanda-tanda cinta kepada Nabi, serta 9) keharusan memuliakan dan berbuat baik kepada Nabi.

Cuplikan menarik yang mencerminkan kecintaan para sahabat kepada Nabi, misalnya adalah tentang seorang wanita, yang suami, ayah dan saudaranya ikut terbunuh syahid ketika berjuang bersama Rasul dalam perang uhud. Yang ditanyakan pasca perang justru keadaan Nabi, ketika mengetahui nabi baik-baik saja sebagaimana dikabarkan oleh para sahabat-sahabat dan kemudian sang wanita melihat sendiri, Ia pun berujar: kullu musibatin ba’daka julal, segala musibah setelahmu adalah kecil (tak berarti). (h. 14)

Tak tertinggal bagaimana ekspresi kecintaan Bilal ra. yang dinarasikan secara epik oleh hadratussyaikh, menjelang wafatnya yang memantik kesedihan dari sang istri, sang muadzin Rasul ini berucap, waa thorobahu ghodan, alqo al-akhibbata muhammada wa shohbahu, alangkah bahagiannya aku, besok aku akan bertemu para kekasih, Muhammad dan para sahabatnya. (h.15)

Kisah kasih dan kecintaan para Sabahat, dari Abu Bakar, Ali Ibn Abi Tholib, Amr bin Ash, Zain bin Dasinah dan lain-lain, dipungkasi narasi indah Abu Sufyan yang mengatakan: maa ra aita minannasi ahadan, yuhibbu ahadan ka hubbi ashabi muhammadin muhammadan. Aku belum pernah melihat seorangpun, yang mencintai orang lain seperti cintanya sahabat-sahabat Muhammad kepada Muhammad.

Lalu apa tema bahasan berikutnya? Kitab yang berjajar diurutan keempat dari lima belas kitab hasil kodifikasi KH Ishomudin Hadzik atas karya KH Hasyim Asy’ari ini, mengungkapkan tentang profil kehidupan nabi. Semacam kilasan historis penuh makna tentang: 10) nasab, nama-nama dan julukan Nabi, 11) kelahiran, kewafatan Nabi dan orang tuanya, 12) sejumlah peristiwa penting yang terjadi pasca hijrahnya Nabi, 13) para wanita yang menyusui Nabi sewaktu kecil, 14) putra-putra Nabi, 15) paman dan bibi Nabi, 16) para istri Nabi, 17) pelayan Nabi, 18) budak-budak yang dimerdekakan Nabi, 19) penjaga dan pengawal Nabi, 20) para muadzin dan khotib Nabi, 21) para penulis dan penyair Nabi, 22) para utusan dan gubernur Nabi. Kemudian secara berurutan 23, 24, 25 memuat bahasan tentang sifat-sifat, akhlak dan mukjizat Nabi Muhammad SAW.  

Dengan kealimannya, Kiai Hasyim berhasil “mempersonifikasikan” sisi manusiawi nabi dengan diksi-diksi memukau. Misalnya dalam pasal ke 24, yang menerangkan akhlaq Nabi, digambarkan oleh kakek Gus Dur ini bahwa sang Manusia mulia tak segan menerima alasan orang yang udzur, senantiasa memerintahkan bersikap halus penuh kasih-sayang, melarang bersikap kasar dan menganjurkan untuk berakhlak mulia dan memakai wewangian. 

Dalam mengekspresikan kesedihan dan kebahagiaan, Nabi Muhammad tak pernah berlebih. Hanya tersenyum terkadang sampai terlihat gigi gerahamnya, namun tanpa terbahak. Menangispun dengan lirih tanpa bertilas suara. 

Nabi terkadang memberi hutang, namun juga berhutang. Menjual dan membeli. Menerima hadiah dan memberi hadiah, menggadaikan dan menerima gadaian. Terkadang menolong, namun juga tak segan minta tolong. Inilah sekilas sifat-sifat basyariyah kanjeng Nabi yang digambarkan dengan menggugah oleh Kiai Hasyim Asy’ari.

Kitab ini dipungkasi dengan 4 bahasan paling akhir, yaitu tentang hukum bersholawat, keutamaan menziarahi makam nabi, bertawasul-istigotsah dan meminta syafaat dengan perantara Nabi serta para wali. Kemudian paling akhir adalah tema tentang syafaat Nabi. Jadi total terdapat sekira 29 tema yang dijabarkan oleh KH Hasyim Asy’ari yang menuntaskan karyanya ini tepat pada 25 Sya’ban 1346 H, atau kisaran tanggal 15/16 Februari 1928 M.
Diakhirinya kitab ini dengan bab syafaat, menunjukkan bahwa karya akademik ini dibuat bukan untuk kegagahan intelektual. Dengan penuh kerendahan hati, Kiai Hasyim menulis, fii as-syafa’ah khotamna biha al-kitab, kitab ini diakhiri dengan bab syafa’at dengan harapan syafaat ini menjadi akhir urusan kami (khotimata amrina). 

Tentang syafaat Nabi yang menjadi pamungkas dalam kitab ini, Kiai Hasyim menyitir riwayat dari Abu Hurairah yang menanyakan kepada Nabi perihal siapa yang berhak mendapatkan syafaat di hari kiamat. Kabar gembiranya, sayyidil mursalin ini menjawab, “man qola laa ilaha illallah kholison min qolbihi au nafsihi”, yaitu orang yang mengucapkan Laa ilaha Illallah dengan ihlas sepenuh hati dan jiwanya berhak mendapatkan syafaat dari penghulu para Nabi ini.

Allahumma Sholi Ala Sayyida Muhammad, wa ala alihi wa ashabihi

*Pengurus LTN NU Jatim


from Cara KH Hasyim Asy’ari Mencintai Nabi Halaqoh

from Berkah Ramadhan http://berkahramadhankita.blogspot.com/2019/11/cara-kh-hasyim-asyari-mencintai-nabi.html Cara KH Hasyim Asy’ari Mencintai Nabi

Comments

Popular posts from this blog

Makna Khotam Sulaiman

Kumpulan Foto Masa Muda Guru Zaini Sekumpul

Peristiwa 27 Juli: Konflik Para Jenderal AD, lalu Merapat ke Jokowi