Hujjah Aswaja #18 - Bolehkah Bertawassul Dengan Selain Rasulullah?

Hujjah Aswaja #18 - Bolehkah Bertawassul Dengan Selain Rasulullah?
Hujjah Aswaja #18 - Bolehkah Bertawassul Dengan Selain Rasulullah?



Adapun kebolehan bertawassul melalui selain Nabi SAW, baik dari para wali dan orang-orang yang sholeh, maka hal itu ditunjukkan pada hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam kitab Shohih Bukhari, dari Sahabat Anas bin Malik ra, dari Sahabat Umar bin Khattab :

كَانَ اِذَا قُحِطُوْا اِسْتَسْقَى بِالْعَبَّاسِ بْنِ الْمُطَلِّبِ، فَقَالَ : اَللّٰهُمَّ اِنَّا كُنَّا نَتَوَسَّلُ اِلَيْكَ بِنَبِيِّنَا فَتَسْقِيْنَا وَاِنَّا نَتَوَسَّلُ اِلَيْكَ بِعَمِّ نَبِيِّنَا فَاسْقِنَا، قَالَ : فَيُسْقَوْنَ

"Ketika orang-orang dilanda kemarau panjang, maka Sahabat Umar bin Khattab meminta hujan dengan perantara Sahabat Abbas bin Abdul Muthalib. dia berdoa, "Ya Allah, sesungguhnya kami (memohon dan) menjadikan perantara kepada-Mu melalui nabi kami, maka turunkanlah hujan kepada kami. Dan sesungguhnya kami (memohon dan) menjadikan perantara kepada-Mu melalui paman nabi kami, maka turunkanlah hujan kepada kami". Rowi berkata, "kemudian mereka diturunkan hujan"".

Sahabat Umar bin Khattab ra mengatakan ketika beliau meminta hujan dengan perantara Sahabat Abbas bin Abdul Muthalib ra :

يٰآيُّهَا النَّاسُ اِنَّ رَسُوْلَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَرَى لِلْعَبَّاسِ مَا يَرَى الْوَلَدُ لِلْوَالِدِ فَاقْتَدُوْا بِهِ فِيْ عَمِّهِ الْعَبَّاسِ وَاتَّخَذُوْهُ َوَسِيْلَةً اِلَى اللّٰهِ

"Wahai manusia, sesungguhnya Rosulullah SAW melihat Sahabat Abbas apa yang dilihat oleh anak kepada ayahnya, maka ikutilah Beliau di dalam masalah paman beliau, Sahabat Abbas, dan jadikanlah Sahabat Abbas washilah (perantara doa) kepada Allah" - sampai akhir, Kitab Al-Mawahibud Diniyyah oleh Imam Qoshtholani.

Perbuatan Sahabat Umar bin Khattab ra adalah dasar pada sabda Nabi SAW :

اِنَّ اللّٰهَ جَعَلَ الْحَقَّ عَلَى لِسَانِ عُمَرَ

"Sesungguhnya Allah menjadikan kebenaran melalui lisan Umar" - HR. Imam Ahmad bin Hambal dan Imam Tirmidzi.

Dan Nabi SAW juga bersabda di dalam hak Sahabat Umar bin Khattab :

لَوْ كَانَ بَعْدِيْ نَبِيٌّ لَكَانَ عُمَرُ

"Jika saja sesudahku ada nabi, maka dia adalah Umar". HR. Imam Ahmad bin Hambal, Imam Tirmidzi, dan Imam Al-Hakim di dalam Kitab Al-Mustadrok, dari Sahabat 'Uqbah bin Amir Al-Juhani ra.

Sesungguhnya Rosulullah SAW juga bersabda :

اِقْتَدُوْا بِاللَّذَيْنِ مِنْ بَعْدِيْ اَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ فَاِنَّهُمَا حَبْلُ اللّٰهِ الْمَمْدُوْدُ وَمَنْ تَمَسَّكَ بِهِمَا فَقَدْ تَمَسَّكَ بِالْعُرْوَةِ الْوَثْقٰى لَا انْفِصَامَ لَهَا

"Ikutilah 2 orang sesudahku (sesudah wafatku) yaitu Abu Bakar dan Umar bin Khattab, karena sesungguhnya keduanya adalah tali Allah yang dipanjangkan. Dan barang siapa yang berpegangan dengan keduanya, maka dia benar-benar telah berpegangan dengan tali yang kokoh yang tak akan putus".

Sahabat Umar bin Khattab ra memohon hujan dengan perantara Sahabat Abbas ra dan beliau tidak memohon hujan dengan perantara Nabi SAW saja adalah untuk menjelaskan kepada orang-orang tentang kebolehan memohon hujan melalui perantara selain Nabi SAW, dan hal itu tidaklah masalah.

Dan dalil tentang kebolehan tawassul selain Nabi SAW lagi adalah apa yang dijelaskan di dalam Kitab Al-Ajwibah Al-Makiyyah yang dinukil dari Kitab Minhajus Sa'adah, dikatakan, Rosulullah SAW bersabda :

تَوَسَّلُوْا بِيْ وَبِاَهْلِ بَيْتِيْ اِلَى اللّٰهِ فَاِنَّهُ لَا يُرَدُّ مُتَوَسِّلٌ بِيْ وَبِاَهْلِ بَيْتِيْ اِلَى اللّٰهِ

"Bertawasullah melalui aku dan ahli baitku kepada Allah, karena sesungguhnya tidaklah ditolak (doanya) orang yang mau bertawasul melalui aku dan ahli baitku kepada Allah".

Syekh Ibnu Maimun menukil di dalam kitabnya, Unsil Muhadloroh, dari Syekh Ali bin Maimun berkata, "Aku mendengar Imam Syafi'i ra berkata bahwa sesungguhnya aku mengambil berkah (bertawassul) melalui Abu Hanifah (Imam Hanafi) dan aku datang berziarah ke makam beliau setiap hari. Ketika aku ditampakkan bagiku (mendapati) sebuah hajat, maka aku melaksanakan sholat 2 rokaat, aku datang (ke makam beliau), dan aku memohon kepada Allah hajat di sampingnya. Lalu, tidaklah jauh dariku sehingga didatangkan hajat itu" ... sampai akhir.

Imam Ibnu Hajar mengatakan dalam Kitab Al-Khoirot Al-Hisan, "Imam Syafi'i ra pernah berada di Kota Bagdad selama beberapa hari. Beliau bertawasul melalui Imam Abu Hanifah ra, beliau datang ke makam Imam Abu Hanifah, mengucapkan salam, dan bertawassul kepada Allah melalui Imam Abu Hanifah di dalam mendatangkan hajat beliau" ... sampai akhir.

Imam Ahmad bin Hambal juga bertawassul melalui imam kita, Imam Syafi'i. Dan dikhabarkan juga bahwa penduduk Maghrib di mana saat mereka mempunyai hajat, mereka bertawassul kepada Allah melalui Imam Maliki, Imam Syafi'i tidak mengingkarinya justru beliau membenarkan mereka di dalam masalah tawassul itu.

Imam Abu Hasan Asy-Syadzili, semoga Allah mensucikan ruh beliau, berkata :

مَنْ كَانَتْ لَهُ اِلَى اللّٰهِ حَاجَةٌ وَاَرَادَ قَضَاءَهَا فَلْيَتَوَسَّلْ اِلَى اللّٰهِ تَعَالٰى بِالْاِمَامِ الْغَزَالِى رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ

"Barang siapa memiliki sebuah hajat baginya kepada Allah dan dia ingin mendatangkan hajatnya, maka hendaklah dia bertawassul kepada Allah yang Maha Luhur melalui Imam Ghozali ra".

Imam Ghozali, semoga Allah merohmati beliau dan memberikan manfaat ilmu-ilmunya kepada kita, pun berkata :

مَنْ يُتَوَسَّلُ وَيُتَبَرَّكُ فِيْ حَيَاتِهِ يُتَوَسَّلُ وَيُتَبَرَّكُ بِهِ بَعْدَ مَمَاتِهِ

"Barang siapa dijadikan tawassul dan diaharapkan berkahnya di dalam hidupnya, maka dia pun dijadikan tawassul dan diharapkan berkahnya setelah wafatnya".

Disebutkan dari orang yang ma'rifat kepada Allah, seorang wali kutub di suatu daerah, Syekh Abdul Wahab Asy-Sya'roni ra :

اِنَّ اللّٰهَ يَوَكِّلُ بِقِبْرِ كُلِّ وَلِيٍّ مَلَكًا يَقْضِيْ حَوَائِجَ مَنْ تَوَسَّلَ بِهِمْ كَمَا وَقَعَ ذٰلِكَ لِلْاِمَامِ الشَّافِعِىّ وَالسَّيِّدَةِ نَفِيْسَةَ وَالسَّيِّدِ اَحْمَدَ الْبَدَوِىِّ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ اَجْمَعِيْنَ

"Sesungguhnya sebagian dari syekh-syekh beliau mengatakan bahwa sesunggunya Allah yang Maha Luhur memasrahkan seorang malaikat di dalam kubur setiap wali Allah yang mana malaikat tersebut mendatangkan hajat-hajat orang yang bertawassul melalui mereka, seperti halnya itu terjadi pada Imam Syafi'i, Sayyidah Nafisah, dan Sayyid Ahmad Al-Badawi, semoga Allah meridlohi mereka semua".

Dan diriwayatkan dari Ibnu Sunni dari Sahabat Ibnu Mas'ud ra, berkata, Rosulullah SAW bersabda :

اِذَا اِنْفَلَتَتْ دَابَّةُ اَحَدِكُمْ بِاَرْضِ فَلَاةٍ فَلْيُنَادِ : عِبَادَ اللّٰهِ اِحْبِسُوْا، فَاِنَّ لِلّٰهِ عِبَادًا يُجِيْبُوْنَهُ، وَاِذَا اَضَلَّ وَاَرَادَ عَوْنًا فَلْيَقُلْ : يَا عِبَادَ اللّٰهِ اَغِيْثُوْنِيْ اَغِيْثُوْنِيْ

"Ketika hewan melata (ternak) salah satu dari kalian terlepas di bumi yang tandus, maka hendaklah dia memanggil (bertawassul), "Wahai hamba-hamba Allah, jagalah (hewan ternaku)" maka sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang menjawab doanya. Dan tatkala dia tersesat dan menginginkan pertolongan, maka hendaklah dia berkata, "Wahai hamba-hamba Allah, tolonglah aku, tolonglah aku" - HR. Thabrani.

Di dalam yang sudah disebutkan adalah dalil yang jelas mengenai kebolehan tawassul melalui para wali dan orang-orang sholeh, sekiranya Nabi SAW sendiri melakukannya dan memerintahkan para sahabat untuk melakukannya.

Orang yang ma'rifat kepada Allah, Habib Abdullah bin Alwi Al-Hadad ra, semoga Allah memberikan ridlo kepada beliau dan memberikan manfaat kepada kita atas ilmu-ilmu beliau, amiin, beliau berkata, "Sudah selayaknya (dilakukan) bagi para peziarah ketika dia menziarahi makam orang-orang sholeh untuk menenangkan hati di sisi mereka, memperbanyak istighfar, mendoakan mereka, berbelas kasih kepada mereka, membaca ayat-ayat mudah dalam Al-Qur'an, dan menghadiahkan pahalanya kepada mereka. Kemudian, hendaklah memperbanyak doa di samping mereka karena sesungguhnya di antara mereka (para wali) ada seseorang (wali) yang doanya terkabulkan (jika berdoa) di sekitar makamnya.

Hal tersebut telah teruji coba sehingga penduduk Bagdad menamakan makam Sayyid Imam Musa Al-Kadhim bin Imam Ja'far Ash-Shodiq dengan sebutan "Tiryaqul Mujarrob (Obat yang mujarab)", maksudnya adalah karena terijabahnya doa-doa dan dihilangkannya keprihatinan. Begitu pula dengan Makam Syekh Ma'ruf Al-Kurkhi dinamakan dengan sebutan Tiryaqul Mujarrob yang mana makam beliau juga berada di Baghdad.

(Sebagaimana halnya Tiryaqul Mujarrob) banyak pula yang dimiliki penduduk muslimin Jawa, yang mana doa mereka mustajabah (terkabulkan jika berdoa) di sekitar makam sebagian para wali yang dikebumikan di Jawa, maka Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan cukup kiranya sampai di sini.

Hanya Allah yang mampu memberi pertolongan dan petunjuk.

Ya Allah, melalui perantara derajat luhur nabi-Mu, Nabi Muhammad SAW, berilah kepada kami, keluarga kami, dan anak-anak kami keberkahan di dalam rizki, umur, kesehatan, kehidupan yang baik, keberuntungan, penyaksian, dan khusnul khotimah, Ya Allah kabulkanlah doa kami.

Dan semoga Allah senantiasa melimpahkan rohmat ta'dhim dan kesejahteraan kepada baginda kami, Nabi Muhammad, beserta keluarga, dan para sahabat Beliau, selama orang-orang yang berdzikir mengingatnya dan orang-orang yang lupa sudah lupa mengingatnya. Dan segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Kitab ini diselesaikan tepat pada tanggal 22 Jumadil Akhir 1403 H atau 6 Maret 1983 M.

Hujjah Aswaja #18 - Bolehkah Bertawassul Dengan Selain Rasulullah? from Santrijagad


from Berkah Ramadhan http://berkahramadhankita.blogspot.com/2019/09/hujjah-aswaja-18-bolehkah-bertawassul.html Hujjah Aswaja #18 - Bolehkah Bertawassul Dengan Selain Rasulullah?

Comments

Popular posts from this blog

Makna Khotam Sulaiman

Kumpulan Foto Masa Muda Guru Zaini Sekumpul

Peristiwa 27 Juli: Konflik Para Jenderal AD, lalu Merapat ke Jokowi