Membalas Pemberian
ONE DAY ONE HADITS
Ahad, 21 Juli 2019 / 18 Dzulqadah 1440
مَن صَنَعَ إِليكُم مَعرُوفًا فَكَافِئُوه ، فَإِن لَم تَجِدُوا مَا تُكَافِئُوا بِهِ فَادعُوا لَهُ حَتَّى تَرَوا أَنَّكُم قَد كَافَأتُمُوهُ
“Siapa yang memberikan kebaikan untuk kalian, maka balaslah. Jika engkau tidak mampu membalasnya, doakanlah ia sampai-sampai engkau yakin telah benar-benar membalasnya.”
(HR. Abu Daud no. 1672 dan AnN-asa’i no. 2568. Hadits ini dishahihkan oleh Ibnu Hibban, Al Hakim dan disepakati oleh Adz Dzahabi).
Kandungan Hadits
1. Untuk memupuk rasa persaudaraan dan menumbuhkan cinta antar sesam jamaah bisa dirupakan dalam bentuk saling memberi hadiah. Islam membolehkan hadiah yang tidak terikat dengan motive tertentu, entah semata-mata sebagai hadiah atau sedekah, maupun sebagai balasan atas kebaikan, dan tidak dimaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu yang bersifat duniawi.
2. Hadiah yang yang tulus tanpa pamrih akan dapat menyatukan hati, menguatkan ikatanpersaudaraan, menyambung keakraban di antara manusia, dan menghilangkan timbulnya hal-hal negatif yang ada di antara mereka, berupa permusuhan, kedengkian, dan dendam. Dari Aisyah Ummul Mukminin mengatakan
يَا نِسَاءَ الْمُؤْمِنِيْنَ، تَهَادُوْا وَلَوْ فِرْسِنَ شَاةٍ, فَإِنَّهُ يُنْبِتُ الْمَوَدَّةَ وَيُذْهِبُ الضَّغَائِنَ
“Wahai wanita-wanitanya kaum mukminin, saling menghadiahilah kalian walaupun hanya dengan sepotong kaki kambing, karena yang demikian itu akan menumbuhkan rasa cinta dan menghilangkan kedengkian.” (HR. Ath-Thabarani)
3. Memberikan hadiah menunjukkan bersihnya hati dan jiwa, dan dapat menghilangkan hal-hal negatif yang terkadang ada dalam hati sebagian orang, seperti tersinggung, sakit hati, dan dendam karena suatu sebab tertentu. Di samping itu hadiah pun bisa menambah dan menguatkan kecintaan di antara manusia, dapat membuka hati yang tertutup dan saling menolong dalam urusan kehidupan. Maka bentuk hadiah yang demikian itu boleh dilakukan di antara sesama muslim, baik menerima hadiah dari siapa pun maupun memberi hadiah kepada siapa pun, selama tidak masuk dalam kategori suap. Dari sikap ini akan menjadi awal pembuka jalan dakwah.
4. Bagi yang menerima balaslah dengan yang lebih baik, atau bila sedang dalam keadaan sempit cukup setidaknya membalas dengan doa kebaikan. Dari Usamah bin Zaid, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صُنِعَ إِلَيْهِ مَعْرُوفٌ ، فَقَالَ لِفَاعِلِهِ : جَزَاكَ اللَّهُ خَيْرًا , فَقَدْ أبْلَغَ فِي الثَّنَاءِ
“Siapa yang diberikan kebaikan, lalu ia katakan kepada orang yang memberikan kebaikan tersebut, “Jazakallah khoiron (semoga Allah membalas dengan kebaikan)”, seperti itu sudah sangat baik dalam memuji.” (HR. Tirmidzi, no. 2035 dan An-Nasa’i dalam Al-Kubro, no. 10008).
Firman Allah Ta’ala yang berkaitan dengan tema hadits tersebut adalah,
قَوْلٌ مَعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِنْ صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَا أَذًى وَاللَّهُ غَنِيٌّ حَلِيمٌ ,يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى
“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima).”
(QS. Al-Baqarah: 263-264)
from Optimasi Dakwah .Net
Membalas Pemberian
from Berkah Ramadhan http://berkahramadhankita.blogspot.com/2019/07/membalas-pemberian.html Membalas Pemberian
Comments
Post a Comment