Ngaji Pasanan Syekh Masduqi Lasem dan Sanad Kitab Asybah Wan Nadzair

Ngaji Pasanan Syekh Masduqi Lasem dan Sanad Kitab Asybah Wan Nadzair


Oleh: Ayung Notonegoro*

Bulan Ramadan menjadi bulan yang spesial. Tidak hanya untuk beribadah, tapi juga untuk menuntut ilmu. Hampir semua pesantren menggelar pengajian khusus. Berbagai kitab dikhatamkan dalam rentang waktu kurang dari sebulan. Orang menyebutnya "ngaji pasanan" karena mengajinya khusus saat bulan puasa. Menurut Aboebakar Atjeh dalam Sejarah Hidup KH. A. Wahid Hasyim, tradisi ngaji pasanan tersebut dipopulerkan oleh KH. Hasyim Asy'ari.

Sebelum itu, pesantren justru diliburkan sepanjang Ramadan. "Memang dalam bulan puasa Tebuireng itu merupakan suatu tempat yang luar biasa ramainya, karena sebaliknya dari pada pesantren-pesantren lain yang pada bulan itu menjadi sepi disebabkan murid-murid istirahat pulang ke kampungnya masing-masing," tulisnya.

Kiai Hasyim mendirikan Pesantren Tebuireng pada 1906. Dengan demikian tradisi ngaji pasanan pun baru populer setelah itu. Sebelumnya, ulama di Nusantara justru menghabiskan Ramadan untuk menulis atau menyalin kitab.

Beberapa naskah mengindikasikan hal tersebut. Sebut saja naskah Mir'at ath-Thullab karya Syekh Abdurrauf al-Fansuri yang disimpan oleh Yayasan Pendidikan dan Museum Ali Hasjmy Aceh. Naskah berkode 105/FK/I/YPAH tersebut disalin pada Sabtu 14 Ramadan. Begitu pula naskah Qatr an-Nida' (No. 07.1383) karya Abu Abdullah Jamaluddin Muhammad bin Yusuf bin Hisyam al-Anshari yang disalin oleh Leube Adam Amud pada Senin, 25 Ramadan di masa kepemimpinan Sultan 'Alauddin Muhammad Syah.

Setelah populer di Tebuireng, tradisi ngaji pasanan tersebar ke berbagai pesantren di Nusantara. Para kiai membuka ngaji pasanan dengan berbagai kitab yang menjadi favoritnya. Ada yang menggunakan kitab yang sama dari tahun ke tahun, ada pula yang menggantinya dengan kitab lain.

Syekh Masduqi Lasem dan Ngaji Pasanan

Salah satu kiai yang kemudian hari menggelar ngaji pasanan adalah Syekh Masduqi Lasem (1908-1975). Reputasinya sebagai ulama terkemuka mengundang banyak santri untuk belajar kepadanya. Karir intelektualnya bermula dari Pesantren Tremas. Ia belajar kepada KH. Dimyati selama 11 tahun. Kemudian dilanjutkan ke Mekkah selama 6 tahun.

Di sana ia didapuk menjadi salah seorang pengajar. Dari aktivitas inilah kemudian ia mendapat gelar syekh. Sebagaimana Syekh Mahfudz at-Turmusy dan Syekh Yasin al-Fadani. Sekembalinya ke Nusantara, Syekh Masduqi diambil menantu oleh KH. Sayid Dahlan dari Pekalongan.

Di Pekalongan sendiri ia sempat merintis pesantren. Tapi, tak berlangsung lama karena warga Lasem memintanya untuk pulang dan mendirikan pesantren sendiri. Ia lantas mendirikan Pesantren Al-Ishlah di Lasem, Jawa Tengah pada 1950 M. Ngaji pasanan di Lasem selalu ramai tiap tahunnya. Banyak santri dari berbagai daerah yang turut mengaji. Termasuk juga dari Banyuwangi.

Salah satunya adalah KH. Irfan Zidni. Ia kelak dikenal sebagai politikus PKB masa awal. Ia berhasil menjadi anggota DPR RI dari daerah pemilihan Jawa Timur III (Banyuwangi, Situbondo, dan Bondowoso). Irfan Zidni mengikuti ngaji pesanan pada Ramadan 1374 H atau sekitar Maret-April 1957. Salah satu kitab yang dikajinya adalah karya Imam Jalaluddin as-Suyuthi yang berjudul al-Asybah wa an-Nadzair.

Kitab peninggalan Kiai Irfan Zidni tersebut, masih ada hingga saat ini. Kini tersimpan di kediaman KH. Dailami Ahmad (alm) yang tak lain adalah kemenakannya sendiri. Tepatnya di Pesantren Nurul Huda Badean Banyuwangi. Kiai Irfan mengaji kitab al-Asybah wa an-Nadzair tersebut hingga tuntas.

Sebagaimana tertulis di halaman depan kitab, mengajinya khatam pada hari ke-25 Ramadan. Menariknya, dalam kitab peninggalan Kiai Irfan Zidni tersebut, juga tertera sanad dari Syekh Masduqi Lasem. Sebagai mata rantai intelektual, sanad tersebut merekam darimana Syekh Masduqi belajar, seperti halnya belajar kitab al-Asybah wa an-Nadzair tersebut. Berikut sanad yang tertulis dalam kitab tersebut:
 بسم الله الرحمن الرحيم الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام علي سيدنا محمد سيد المرسلين و علي اله وصحبه أجمعين و بعد 
Sungguh telah saya [Syekh Masduqi Lasem] ijazahkan kepada Muhammad Irfan Zidni bin Juwaini yang merupakan anak Banyuwangi dengan syarat faham dalam membaca al-Asybah wa an-Nadzair milik Imam Suyuthi, sebagaimana diijazahkan kepadaku kitab ini oleh guru kami al-Arifbillah Umar bin Hamdan at-Tunisi dari ayahnya dari alfahamah Sholih bin Muhammad bin Nuh al-'Umari dari Syekh Muhammad Sunun al-'Umari dari Syekh Ali al-Ujhuri dari Siraj Umar bin al-Ja'i dari penulisnya al-Imam Abdurrahman bin Abu Bakar as-Suyuthi rahimahullah ta'ala wa a'ada ulumihim wa asrarihim bayyinan amin.

Sanad al-Asybah wa an-Nadzair dari Syekh Masduqi ini, cukup spesial jika dibandingkan dengan ulama Nusantara lainnya. Syekh Mahfudz At-Turmusy dalam kitabnya, Kifayatul Mustahil lima 'ala minal Asanid, tak meriwayatkan tentang kitab tersebut. Baru pada Syekh Yasin al-Fadani sanad kitab al-Asybah wa an-Nadzair ditemukan.

Sebagaimana yang tercatat dalam kitab al-Masaliku-l-Jaliy fi Asanidi Muhammad Ali bin Husain bin Ibrahim al-Maliki al-Makki. Jika dibandingkan sanad antara dua ulama besar Nusantara tersebut, milik Syekh Masduqi lebih spesial. Jarak mata rantai sanadnya lebih pendek. Artinya lebih dekat dengan Imam Jalaluddin as-Suyuthi. Syekh Masduqi berada di posisi ke delapan. Sedangkan Syekh Yasin berada pada posisi belasan. Tak heran jika jalur periwayatannya yang pendek tersebut, menjadi incaran para pemburu ilmu.

Sanad Ngaji pasanan di era digital

Ramadan kali ini, tradisi ngaji pasanan semakin populer. Lengkap dengan aneka variasinya. Selain masih bertahan dengan sistem konvensional, juga banyak yang memanfaatkan sarana teknologi informasi. Ngaji pasanan pun cukup dengan streaming di media sosial. Sungguh ini perkembangan yang menarik, tapi ada satu hal yang patut dipertanyakan. Bagaimanakah legitimasi sanad dari ngaji via live streaming? Kiranya perlu dirumuskan konsepnya.
______________
*PCNU Banyuwangi, Pegiat komunitas Pegon.
*Ket: Foto pengajian di Al-falah Ploso Kediri



from Ngaji Pasanan Syekh Masduqi Lasem dan Sanad Kitab Asybah Wan Nadzair Halaqoh

from Berkah Ramadhan http://berkahramadhankita.blogspot.com/2019/05/ngaji-pasanan-syekh-masduqi-lasem-dan.html Ngaji Pasanan Syekh Masduqi Lasem dan Sanad Kitab Asybah Wan Nadzair

Comments

Popular posts from this blog

Makna Khotam Sulaiman

Kumpulan Foto Masa Muda Guru Zaini Sekumpul

Peristiwa 27 Juli: Konflik Para Jenderal AD, lalu Merapat ke Jokowi