Mengutamakan Orang Lain
ONE DAY ONE HADITS
Selasa, 16 April 2019 M / 11 Syaban 1440 H
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَعَثَ إِلَى نِسَائِهِ فَقُلْنَ مَا مَعَنَا إِلَّا الْمَاءُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ يَضُمُّ أَوْ يُضِيفُ هَذَا فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ أَنَا فَانْطَلَقَ بِهِ إِلَى امْرَأَتِهِ فَقَالَ أَكْرِمِي ضَيْفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ مَا عِنْدَنَا إِلَّا قُوتُ صِبْيَانِي فَقَالَ هَيِّئِي طَعَامَكِ وَأَصْبِحِي سِرَاجَكِ وَنَوِّمِي صِبْيَانَكِ إِذَا أَرَادُوا عَشَاءً فَهَيَّأَتْ طَعَامَهَا وَأَصْبَحَتْ سِرَاجَهَا وَنَوَّمَتْ صِبْيَانَهَا ثُمَّ قَامَتْ كَأَنَّهَا تُصْلِحُ سِرَاجَهَا فَأَطْفَأَتْهُ فَجَعَلَا يُرِيَانِهِ أَنَّهُمَا يَأْكُلَانِ فَبَاتَا طَاوِيَيْنِ فَلَمَّا أَصْبَحَ غَدَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ ضَحِكَ اللَّهُ اللَّيْلَةَ أَوْ عَجِبَ مِنْ فَعَالِكُمَا فَأَنْزَلَ اللَّهُ: (وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمْ الْمُفْلِحُونَ )
Dari Abu Hurairah RA bahwa ada seorang lelaki datang kepada Nabi SAW, lalu baginda memberitahu para isteri (jika ada sesuatu yang bisa diberikan). Mereka berkata, "Kami tidak mempunyai apa-apa selain air". Kemudian Rasulullah SAW berkata kepada sahabat Anshar, "Siapakah diantara kalian yang bisa menjamu orang ini?". Maka seorang lelaki Anshar berkata; "Aku". Lelaki Ansar itu pulang bersama lelaki tadi menemui isterinya lalu berkata; "Muliakanlah tamu Rasulullah SAW ini". Isterinya berkata; "Kita tidak memiliki apa-apa kecuali sepotong roti untuk anak kita". Lelaki Anshar itu berkata; "Sediakanlah makanan itu, tidurkanlah anak kita dan matikanlah lampu". Ketika mereka hendak menikmati makan malam, maka isterinya menyediakan makanan itu lalu mematikan lampu dan menidurkan anaknya kemudian dia berdiri seakan hendak memperbaiki lampunya, lalu dimatikannya kembali. Suami-isteri tersebut berpura-pura makan. Kemudian keduanya tidur dalam keadaan lapar. Ketika pagi harinya, lelaki Anshar tersebut menemui Rasulullah SAW. Maka baginda berkata: "Malam tadi Allah SWT kagum karena perbuatan kalian berdua". Lalu Allah menurunkan firman-Nya dalam Surah al-Hasyr ayat 9 yang artinya: ("Dan mereka lebih mengutamakan orang lain (Muhajirin) dari pada diri mereka sendiri sekalipun mereka memerlukan apa yang mereka berikan itu. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung"). (HR Bukhari No: 3514)
Kandungan hadits
1. Tahun awal setelah hijrah adalah masa yang sulit bagi Muhajirin, mereka dihadapkan pada perjuangan untuk memenuhi kebutuhan standar keluarganya.
2."itsar” (mengutamakan orang lain) menjadi karakter kaum Anshar, mereka begitu peduli terhadap saudara seiman, meski dirinya dalam membutuhkan. Perilaku sahabat Anshar tersebut menjadi asbabun nuzul QS. 59:9. . 3. Nama sahabat yang dijamu tersebut adalah Abu Thalhah sedangkan keluarga yang menjamu tamunya tersebut adalah Tsabit bin Qais al Anshari RA. 4. Bentuk itsar yang semakna dengan hadits tersebut adalah seperti yang diriwayatkan oleh Ibnul Mundzir dari Zaid ibnul-Asham bahwa suatu ketika orang-orang Anshar berkata, “Wahai Rasulullah, berikanlah sebagian dari tanah yang kami miliki ini kepada saudara-saudara kami, kaum Muhajirin.” Rasulullah lalu menjawab, “Tidak. Akan tetapi, kalian cukup menjamin kebutuhan makan mereka serta memberikan setengah dari hasil panen kalian. Adapun tanahnya maka ia tetap menjadi hak milik kalian.” Orang-orang Anshar lalu menjawab, “Ya, kami menerimanya.” Allah lalu menurunkan QS. 59:9
5. Tentang istar ini, Imam al-Wahidi meriwayatkan dari Muharib bin Ditsar dari Ibnu Umar yang berkata, “Suatu ketika, salah seorang sahabat mendapat hadiah sebuah kepala kambing. Sahabat itu lantas berkata, ‘Sesungguhnya saudara saya, si Fulan, dan keluarganya lebih membutuhkannya daripada saya.’ Ia pun kemudian mengirimkan kepala kambing itu kepada temannya tersebut. Hal seperti ini berlangsung berulang kali di mana setiap kali kepala kambing itu dihadiahkan kepada seseorang maka setiap kali itu pula yang bersangkutan menghadiahkannya kembali kepada temannya. Demikianlah, kepala kambing itu berputar-putar di tujuh rumah sampai akhirnya kembali lagi ke rumah orang yang pertama kali menghadiahkannya. Tentang sikap mereka ini, turunlah ayat,’ ‘…dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan…'. . Firman Allah Subhanahu wata'ala yang berkaitan dengan tema hadits tersebut adalah. . Allah SWT berfirman:
وَا لَّذِيْنَ تَبَوَّؤُ الدَّارَ وَا لْاِيْمَا نَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّوْنَ مَنْ هَاجَرَ اِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُوْنَ فِيْ صُدُوْرِهِمْ حَاجَةً مِّمَّاۤ اُوْتُوْا وَيُـؤْثِرُوْنَ عَلٰۤى اَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَا نَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۗ ۗ وَمَنْ يُّوْقَ شُحَّ نَـفْسِهٖ فَاُولٰٓئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ ۚ
"Dan orang-orang (Ansar) yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (Muhajirin) atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung."
(QS. Al-Hasyr 59: Ayat 9)
from Optimasi Dakwah .Net
Mengutamakan Orang Lain
from Berkah Ramadhan http://berkahramadhankita.blogspot.com/2019/04/mengutamakan-orang-lain.html Mengutamakan Orang Lain
Comments
Post a Comment