Tanya Jawab Fikih #5 - Mandi Besar (Jinabah)
Tanya Jawab Fikih #5 - Mandi Besar (Jinabah)
TANYA JAWAB FIKIH #5 – MANDI (17-23/2/2019)
1. Ulin Nafia: “Ada yg pernah ngomong ke saya kalo haidh itu rambut nya harus terjaga (tdk boleh jatuh, ataupun disisir). Kalopun jatuh maka harus ikut dimandikan wajib ketika sucinya nanti. Dan begitu pula kuku. Krn nanti akan dipertanggung jawabkan. Apakah itu benar?”
JAWAB: Ada perbedaan pendapat dalam hal tersebut. Intinya, memotong bagian tubuh (rambut, kuku, darah, kulit, daging) saat berjunub hukumnya makruh. Kalau sudah terlanjur terpotong, ada yang berpendapat musti disimpan untuk dibasuh. Ada yang berpendapat tidak perlu, cukup membasuh bagian tubuh bekas potongannya saja. Wallahu a’lam.
2. Andrian Kiki: “Apa mandi jinabah itu diharuskan menggunakan shampo dan sabun? Terus pusar/udel dalamnya apa wajib dibersihkan?”
JAWAB: Tidak harus pakai shampo/sabun. Yang penting menggunakan air suci mensucikan. Semua bagian permukaan tubuh wajib dibersihkan termasuk bagian pusar yang terlihat, daun dan lubang luar telinga, kulit kepala, sela-sela jari, belahan bokong, dan lipatan-lipatan kemaluan. Ketika mandi, dianjurkan pula untuk jongkok agar sisa kotoran di dalam kemaluan bisa keluar sempurna, bagi pria upayakan agar sisa madzi/mani/kencingnya keluar sempurna.
3. Usman Ali: “Memangnya kalau mandi junub itu harus keramas? Bagaimana kalau tidak keramas?”
JAWAB: Pengertian keramas di sini adalah mandi dengan menyiram bagian kepala. Soalnya ada jenis orang yang mandinya tanpa mengguyur kepala (dibiarkan kering).
4. Teguh Prasetyo: “Kalau misalnya ada orang sudah berwudhu terus bermakeup, apakah harus wudhu lagi apa tidak?”
JAWAB: Tidak, selama tidak ada hal yang membatalkan wudlunya. Bermakeup bukan hal yang membatalkan wudlu. Ayo ingat lagi hal-hal yang membatalkan wudlu; 1. Ada sesuatu yang keluar dari dua jalan, 2. Tidur, 3. Hilang akal, 4. Bersentuhan kulit, 4. Memegang kemaluan.
5. Nash Mohammad: “Kalo mandi besar baca niatnya setelah sudah sabunan dan shampoan apa itu boleh? atau baca niatnya sebelum mandi?”
JAWAB: Niat mandi besar dimulai bebarengan dengan guyuran pertama saat mandi. Boleh saja niat mandi setelah sabunan dan shampoan. Namun konsekuensinya, mandi besar tersebut dihitung dimulai dari niat, jadi Anda harus mengguyur/meratakan air ke badan lagi. Ini niat mandi wajib;
نَوَيْتُ الْغَسْلَ لِرَفْعِ الحْدَثِ الأَكْبَرِ فَرْضًا لله تَعَالَى
Artinya: “Aku niat mandi untuk menghilangkan hadas besar karena Allah”. Boleh juga niat dengan bahasa daerah, intinya bermakna sama dengan niat tersebut, misal; “Aku niat mandi jinabah.”
6. Hakim Usmanto: “Saya pernah mendengar istilah mandi taubat, apakah itu memang ada?”
JAWAB: Ya, ada. Dalam fikih yang dimaksud dengan mandi taubat adalah mandinya orang yang baru masuk Islam, atau mandinya orang Islam yang taubat dari kefasikan. Hukumnya sunnah. Niatnya ya cukup 'Aku niat mandi tobat lillahi ta'ala'.
7. Joko Purwanto: “Bagaimana kalo selama ini saat mandi, tidak pernah niat mandi jinabah, terus bagaimana ibadah yang selama ini sudah di tunaikan?”
JAWAB: Kalau memang tidak niatnya sebab tidak paham, maka dima’fu. Namun jika saat menyiram tubuh ada krenteg; ‘aku mau mandi menghilangkan junub/hadats besar’, itu sudah cukup menjadi niat mandi jinabah. Kalau di mazhab Hanafi, dibolehkan wudlu dan mandi tanpa niat. Wallahu a’lam.
8. smurf: “5 hal yg haram bagi orang junub itu sama sperti yg haram untuk orang haid juga?”
JAWAB: Ya, lima hal tersebut juga haram diperbuat oleh orang haid. Insyaallah perihal haid nanti kita bahas lebih komplit di pembahasan terakhir bab thaharah ini. Bedanya, kalau haid ada tambahan; tidak boleh puasa, sujud syukur, juga dilarang bersetubuh dan istimta’ (bercumbu di bagian tubuh antara pusar ke lutut). Maaf ya buat yang masih jomblo.
9. Rokhimah: "Kalo setelah wudhu mnginjak kotoran cicak harus wudhu lg atau cukup menghilangkan najisny saja(mencuci kaki)?"
JAWAB: Tidak perlu wudlu lagi. Sebab wudlu tidak batal haya karena terkena najis. Cukup sucikan bagian tubuh yang terkena najis.
10. Air dlm bak yg sdh dicelupi tangan bs utk istinja apa tdk?
JAWAB: Kondisinya musti dijelaskan detail ya. Jika memang ukuran air di dalam bak lebih dari 2 qullah, maka airnya tetap suci mensucikan. Jika airnya kurang dari 2 qullah, maka musti dijelaskan mencelupkan tangan dalam rangka apa. Kalau mencelupkan tangan untuk menyucikan si tangan, apalagi tangan tersebut terkena najis, maka airnya jadi musta'mal dan tidak bisa untuk bersuci.
11. mimpi bersetubuh tp tdk sampai keluar mani wajib mandi junub apa tdk?
JAWAB: mimpi bersetubuh (ihtilam) jika tidak disertai keluar mani maka tidak wajib junub. Meski ada cairan lain yang keluar (madzi), selama tidak keluar mani, maka tetap tidak junub dan tidak wajib mandi jinabah.
12. Fajar Maulana Putra: “menyentuh najis tidak membatalkan wudhu, tapi cukup dibersihkan saja. Ini berlaku untuk semua najis, baik mughaladzah, mukhaffafah, mutawasithah? atau cuma untuk najis tertentu saja?”
JAWAB: Ya, terkena semua jenis najis tidak menyebabkan hadats, artinya tidak membatalkan wudlu. Justru menyentuh sesuatu yang suci bisa membatalkan wudlu lho. Misalnya istri saya myubit pipi saya sebab gemes, hehe. Maaf buat yang jomblo.
Tanya Jawab Fikih #5 - Mandi Besar (Jinabah) from Santrijagad
from Berkah Ramadhan http://berkahramadhankita.blogspot.com/2019/02/tanya-jawab-fikih-5-mandi-besar-jinabah.html Tanya Jawab Fikih #5 - Mandi Besar (Jinabah)
TANYA JAWAB FIKIH #5 – MANDI (17-23/2/2019)
1. Ulin Nafia: “Ada yg pernah ngomong ke saya kalo haidh itu rambut nya harus terjaga (tdk boleh jatuh, ataupun disisir). Kalopun jatuh maka harus ikut dimandikan wajib ketika sucinya nanti. Dan begitu pula kuku. Krn nanti akan dipertanggung jawabkan. Apakah itu benar?”
JAWAB: Ada perbedaan pendapat dalam hal tersebut. Intinya, memotong bagian tubuh (rambut, kuku, darah, kulit, daging) saat berjunub hukumnya makruh. Kalau sudah terlanjur terpotong, ada yang berpendapat musti disimpan untuk dibasuh. Ada yang berpendapat tidak perlu, cukup membasuh bagian tubuh bekas potongannya saja. Wallahu a’lam.
2. Andrian Kiki: “Apa mandi jinabah itu diharuskan menggunakan shampo dan sabun? Terus pusar/udel dalamnya apa wajib dibersihkan?”
JAWAB: Tidak harus pakai shampo/sabun. Yang penting menggunakan air suci mensucikan. Semua bagian permukaan tubuh wajib dibersihkan termasuk bagian pusar yang terlihat, daun dan lubang luar telinga, kulit kepala, sela-sela jari, belahan bokong, dan lipatan-lipatan kemaluan. Ketika mandi, dianjurkan pula untuk jongkok agar sisa kotoran di dalam kemaluan bisa keluar sempurna, bagi pria upayakan agar sisa madzi/mani/kencingnya keluar sempurna.
3. Usman Ali: “Memangnya kalau mandi junub itu harus keramas? Bagaimana kalau tidak keramas?”
JAWAB: Pengertian keramas di sini adalah mandi dengan menyiram bagian kepala. Soalnya ada jenis orang yang mandinya tanpa mengguyur kepala (dibiarkan kering).
4. Teguh Prasetyo: “Kalau misalnya ada orang sudah berwudhu terus bermakeup, apakah harus wudhu lagi apa tidak?”
JAWAB: Tidak, selama tidak ada hal yang membatalkan wudlunya. Bermakeup bukan hal yang membatalkan wudlu. Ayo ingat lagi hal-hal yang membatalkan wudlu; 1. Ada sesuatu yang keluar dari dua jalan, 2. Tidur, 3. Hilang akal, 4. Bersentuhan kulit, 4. Memegang kemaluan.
5. Nash Mohammad: “Kalo mandi besar baca niatnya setelah sudah sabunan dan shampoan apa itu boleh? atau baca niatnya sebelum mandi?”
JAWAB: Niat mandi besar dimulai bebarengan dengan guyuran pertama saat mandi. Boleh saja niat mandi setelah sabunan dan shampoan. Namun konsekuensinya, mandi besar tersebut dihitung dimulai dari niat, jadi Anda harus mengguyur/meratakan air ke badan lagi. Ini niat mandi wajib;
نَوَيْتُ الْغَسْلَ لِرَفْعِ الحْدَثِ الأَكْبَرِ فَرْضًا لله تَعَالَى
Artinya: “Aku niat mandi untuk menghilangkan hadas besar karena Allah”. Boleh juga niat dengan bahasa daerah, intinya bermakna sama dengan niat tersebut, misal; “Aku niat mandi jinabah.”
6. Hakim Usmanto: “Saya pernah mendengar istilah mandi taubat, apakah itu memang ada?”
JAWAB: Ya, ada. Dalam fikih yang dimaksud dengan mandi taubat adalah mandinya orang yang baru masuk Islam, atau mandinya orang Islam yang taubat dari kefasikan. Hukumnya sunnah. Niatnya ya cukup 'Aku niat mandi tobat lillahi ta'ala'.
7. Joko Purwanto: “Bagaimana kalo selama ini saat mandi, tidak pernah niat mandi jinabah, terus bagaimana ibadah yang selama ini sudah di tunaikan?”
JAWAB: Kalau memang tidak niatnya sebab tidak paham, maka dima’fu. Namun jika saat menyiram tubuh ada krenteg; ‘aku mau mandi menghilangkan junub/hadats besar’, itu sudah cukup menjadi niat mandi jinabah. Kalau di mazhab Hanafi, dibolehkan wudlu dan mandi tanpa niat. Wallahu a’lam.
8. smurf: “5 hal yg haram bagi orang junub itu sama sperti yg haram untuk orang haid juga?”
JAWAB: Ya, lima hal tersebut juga haram diperbuat oleh orang haid. Insyaallah perihal haid nanti kita bahas lebih komplit di pembahasan terakhir bab thaharah ini. Bedanya, kalau haid ada tambahan; tidak boleh puasa, sujud syukur, juga dilarang bersetubuh dan istimta’ (bercumbu di bagian tubuh antara pusar ke lutut). Maaf ya buat yang masih jomblo.
9. Rokhimah: "Kalo setelah wudhu mnginjak kotoran cicak harus wudhu lg atau cukup menghilangkan najisny saja(mencuci kaki)?"
JAWAB: Tidak perlu wudlu lagi. Sebab wudlu tidak batal haya karena terkena najis. Cukup sucikan bagian tubuh yang terkena najis.
10. Air dlm bak yg sdh dicelupi tangan bs utk istinja apa tdk?
JAWAB: Kondisinya musti dijelaskan detail ya. Jika memang ukuran air di dalam bak lebih dari 2 qullah, maka airnya tetap suci mensucikan. Jika airnya kurang dari 2 qullah, maka musti dijelaskan mencelupkan tangan dalam rangka apa. Kalau mencelupkan tangan untuk menyucikan si tangan, apalagi tangan tersebut terkena najis, maka airnya jadi musta'mal dan tidak bisa untuk bersuci.
11. mimpi bersetubuh tp tdk sampai keluar mani wajib mandi junub apa tdk?
JAWAB: mimpi bersetubuh (ihtilam) jika tidak disertai keluar mani maka tidak wajib junub. Meski ada cairan lain yang keluar (madzi), selama tidak keluar mani, maka tetap tidak junub dan tidak wajib mandi jinabah.
12. Fajar Maulana Putra: “menyentuh najis tidak membatalkan wudhu, tapi cukup dibersihkan saja. Ini berlaku untuk semua najis, baik mughaladzah, mukhaffafah, mutawasithah? atau cuma untuk najis tertentu saja?”
JAWAB: Ya, terkena semua jenis najis tidak menyebabkan hadats, artinya tidak membatalkan wudlu. Justru menyentuh sesuatu yang suci bisa membatalkan wudlu lho. Misalnya istri saya myubit pipi saya sebab gemes, hehe. Maaf buat yang jomblo.
Tanya Jawab Fikih #5 - Mandi Besar (Jinabah) from Santrijagad
from Berkah Ramadhan http://berkahramadhankita.blogspot.com/2019/02/tanya-jawab-fikih-5-mandi-besar-jinabah.html Tanya Jawab Fikih #5 - Mandi Besar (Jinabah)
Comments
Post a Comment