PERTANYAAN dari Kang Zaman
Mau tanya, Air liur manusia yg najis itu air liur yg bagaimana yaa?
JAWABAN :
Air liur itu Suci selama diyakini tidak berasal dari perut, namun bila diyakini keluar dari perut maka hukumnya najis.
اعانة الطالبين ١ / ٨٥
أما المنى فطاهر خلافا لمالك وكذا بلغم غير معدة من راس او صدر وماء سائل من فم نائم ولو نتنا أو أصفر مالم يتحقق أنه من معدة الاممن إبتلى به فيعفى عنه وإن كثر
Sperma dihukumi suci, hal ini berbeda menurut Imam Malik. begitu juga lendir dari kepala atau dada bukan lendir yang dari pencernaan, begitu juga air yang mengalir dari bibir orang tidur (iler) meskipun bacin atau berwarna kekuning-kuningan selama tidak diyakini keluar dari perut, kecuali bagi orang yang mendapatkan cobaan (dengan terus-menerus mengeluarkan liur dari perut) maka juga termasuk najis yang dima’fu (diampuni) meskipun banyak.
Ibnu ‘Iimaad memberi batasan tentang ciri-ciri antara air liur yang keluar dari perut dan yang keluar dari mulut :
1. Saat baunya berubah bacin berarti dari perut
2. Bila ditemukan warna kekuning-kuningan juga dari perut
3. Tidurnya terlelap pulas dan dalam rentang waktu panjang, sedang ciri-ciri air liur yang dari bibir kebalikannya.
4. sebagian ulama ada yang menyatakan, bila saat ia tidur posisi kepala tinggi (melebihi perut) diatas bantal maka hukumnya seperti ludahnya suci
Refrensi :
اعانة الطالبين ١ / ١١٣
وقد ذكر ابن العماد ثلاثة أقوال فيما سال من فم النائم وهي: قيل: إنه طاهر مطلقا. وقيل: إنه نجس مطلقا. والثالث: التفصيل بين الخارج من المعدة والخارج من الفم.
وذكر أيضا ثلاثة أقوال في علامة الخارج من المعدة أو الفم، فقال: ومن إذا نام سال الماء من فمه مع التغير نجس في تتمته قال الجويني ما من بطنه نجس وطاهر ما جرى من ماء لهوته ونص كاف متى ما صفرة وجدت فإنه قد جرى من ماء معدته وقيل ما بطنه إن نام لازمه بأن يرى سائلا مع طول نومته والماء من لهوة بالعكس آيته من بله شفة جفت بريقته وبعضهم إن ينم والرأس مرتفع على الوساد فذا طاهر كريقته
Alasan ulama menetapkan air liur dari perut itu najis dikarenakan dalam perut tempat terjadinya perubahan makanan menjadi bacin dan rusak, sesuatu yang berada didalamnya dihukumi najis, karena sudah menyerupai tinja / kotoran.
Refrensi :
المهذب ١ / ٤٧
وأما القيء فهو نجس لحديث عمار ولأنه طعام استحال في الجوف إلى النتن والفساد فكان نجسا كالغائط
Wallahu A'lam
from Pesantren NUsantara Islam Nusantara Agama perdamaian
from Berkah Ramadhan http://berkahramadhankita.blogspot.com/2019/01/pertanyaan-dari-kang-zaman-mau-tanya.html
Comments
Post a Comment